Ibu, aku kwatir padamu
Aku kan tetap jadi anakmu yg setia ada buat ibu
dan mendoakanmu setiap saat
Aku tau ibu tulus padaku
Aku takut kehilangmu ibu
Ibu harus janji padaku bahwa ibu gak kan knapa2
ibuku kuat
ibu ibuku telah meninggal.
kau yg kini menggantikannya
sayangi aku manjakan aku
jangan marah padaku, dari kecil aku sudah sering dimarahi
maka saat ini ku tak ingin seorangpun yang marah padaku
karna aku sangat membenci orang yg suka marah2 padaku
Aku ego kata orang. emang benar aku ego.
klo gak suka yaa maaf.
bersambung..................
Minggu, 22 Desember 2013
Rabu, 18 Desember 2013
Sayang anak terhadap ibu
to my mother
Ibu, terima kasih telah menggantikan Ibuku
terima kasih telah memberikan perhatian yg lebih
terima kasih telah menyayangiku sejauh ini
terima kasih atas waktu waktumu mengingatkan Sholatku
terima kasih cinta dan kasih sayang yg telah kau berikan sejauh ini
hanya doa yg bisa aku balaskan
karna aku tau seorang ibu sangatlah tulus terhadap anaknya tanpa adanya balasan apapun
ibu kan slalu ada dihatiku sampai kapanpun
kelak nanti, kan ku ceritakan pada anak2ku bahwa dulu aku mempunyai seorang ibu yg sangat sanyang padaku.
doa keluargaku kan selalu bersamamu
ingatlah hari ulang tahunku, ku menanti doa-doamu
I LOVE YOU IBU
By. Anakmu Shohebul Hajad 22 Oct 1989
Ibu, terima kasih telah menggantikan Ibuku
terima kasih telah memberikan perhatian yg lebih
terima kasih telah menyayangiku sejauh ini
terima kasih atas waktu waktumu mengingatkan Sholatku
terima kasih cinta dan kasih sayang yg telah kau berikan sejauh ini
hanya doa yg bisa aku balaskan
karna aku tau seorang ibu sangatlah tulus terhadap anaknya tanpa adanya balasan apapun
ibu kan slalu ada dihatiku sampai kapanpun
kelak nanti, kan ku ceritakan pada anak2ku bahwa dulu aku mempunyai seorang ibu yg sangat sanyang padaku.
doa keluargaku kan selalu bersamamu
ingatlah hari ulang tahunku, ku menanti doa-doamu
I LOVE YOU IBU
By. Anakmu Shohebul Hajad 22 Oct 1989
Rabu, 11 Desember 2013
Hikmah dibalik sebuah kerudung bagi seorang perempuan
Pernyataan semacam ini mungkin banyak dilontarkan oleh
remaja-remaja muslim yang hidup di jaman serba modern seperti sekarang
ini, “Ga enak ah pakai jilbab,
kan ga bisa tampil modis”, atau mungkin juga dilontarkan para remaja
muslim yang belum siap menggunakan jilbab. Mungkin bagi sebagian kaum
muda, berjilbab akan meninggalkan kesan tua dan tidak modis.
Namun, perlu diketahui bahwa berjilbab dan berkerudung merupakan
kewajiban terutama bagi wanita muslimah dan sebagai ketaatan mereka
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 59)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan hikmah di balik perintah mengenakan jilbab dengan firmanNya. “Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”. [Al Ahzab : 59] apa maksdunya? Potongan ayat di atas menunjukkan, orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda. Karena jika seorang wanita tidak berjilbab, maka orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afifaat (wanita yang benar-benar menjaga diri atau kehormatannya). Akhirnya orang yang punya penyakit dalam hatinya muncul hal yang bukan-bukan, lantas mereka pun menyakitinya dan menganggapnya rendah dan bisa digoda seenaknya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan hikmah di balik perintah mengenakan jilbab dengan firmanNya. “Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”. [Al Ahzab : 59] apa maksdunya? Potongan ayat di atas menunjukkan, orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda. Karena jika seorang wanita tidak berjilbab, maka orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afifaat (wanita yang benar-benar menjaga diri atau kehormatannya). Akhirnya orang yang punya penyakit dalam hatinya muncul hal yang bukan-bukan, lantas mereka pun menyakitinya dan menganggapnya rendah dan bisa digoda seenaknya.
Itulah salah satu alasan mengapa Islam mewajibkan wanita
muslimah untuk menutup auratnya dengan mengenakan jilbab (berkerudung).
Selain menambah ketakwaan terhadap Allah SWT, semata-mata adalah untuk
menghormati wanita dan menyayangi wanita bukan malah mengkungkung wanita
dengan pakaiannya yang menutup aurat. Wanita akan terlihat lebih cantik
dan sopan jika tidak memperlihatkan aurat dan keindahan tubuh yang merupakan bentuk maksiat yang mendatangkan murka Allah dan RasulNya.
Dengan menggunakan jilbab, wanita muslimah dapat meredam
berbagai macam fitnah (kerusakan). Jika berbagai macam fitnah redup dan
lenyap, maka masyarakat yang dihuni oleh kaum wanita berhijab dan
berjilbab akan lebih aman dan selamat dari fitnah. Sebaliknya,
masyarakat yang dihuni oleh wanita yang gemar bertabarruj (berdandan
seronok), pamer aurat dan keindahan tubuh, sangatlah rentan terhadap
ancaman berbagai fitnah dan pelecehan seksual serta gejolak syahwat yang
membawa malapetaka dan kehancuran yang sangat besar.
Seorang wanita muslimah yang menggunakan jilbabnya yang menutup
aurat, secara tidak langsung ia berkata kepada semua kaum laki-laki,“Tundukkanlah
pandanganmu, aku bukan milikmu dan kamu juga bukan milikku. Aku hanya
milik orang yang dihalalkan Allah bagiku. Aku orang merdeka yang tidak
terikat dengan siapapun dan aku tidak tertarik dengan siapapun karena
aku lebih tinggi dan jauh lebih terhormat dibanding mereka.”Wanita yang menutup auratnya dengan menggunakan jilbab dan kerudung, menjadi terlihat lebih terhormat dan jauh dari segala godaan lingkungannya.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi wanita muslimah dimanapun berada. Aamiin
Salam buat ibuku
Selasa, 03 Desember 2013
Kekuatan Sedekah
Sedekah Penyembuh Kanker
Kisah
luar biasa berikut ini saya ambil dari blognya Mb Yuni Andriani
http://www.hambaallah-muslimah.cybermq.com. salah satu kisah yang sangat
terkenal dan menjadi pelajaran berharga bagi setiap orang. Sermoga
kita dapat mengambil hikmah dari kisah keajaiban sedekah ini...
Tokoh dalam kisah ini adalah
seorang lelaki kaya raya, dia adalah pengusaha besar. Suatu ketika dia
terkena penyakit kronis yang tidak bisa didiamkan begitu saja. Dia lalu
pergi memeriksakan diri ke rumah sakit terkenal. Menurut diagnosa
dokter, ditemukan penyakit kanker kronis dalam tubuhnya, dan prosentase
kesembuhannya sangat tipis sekali. Para dokter menyarankan agar dia
mau berobat ke luar negeri supaya mendapat perawatan intensif. Seketika
itu juga lelaki itu berangkat ke luar negeri untuk menjalani
pemeriksaan dan hasilnya sama dengan diagnosa dalam negeri. Para dokter
di rumah sakit itu lalu menyarankan agar dia mau melakukan operasi
untuk menghilangkan anggota tubuhnya yang digerogoti kanker.
Akan tetapi lelaki tersebut
meminta para dokter agar mau memberikan tenggang waktu untuk pulang ke
Negara asalnya terlebih dahulu. Dia berkeinginan untuk mengurus segala
sesuatunya, dan berwasiat kepada anggota keluarganya, jika ternyata
setelah operasi ada hal-hal yang tidak diinginkan.
Akhirnya lelaki itupun pulang
kenegara asalnya lalu mengurus segala sesuatunya. Tidak lupa dia
menuliskan wasiat dan menitipkan anggota keluarganya kepada orang yang
dipercayainya untuk menjaga keluarganya. Namun, dia sama sekali tidak
memberitahukan kepada keluarganya permasalahan yang sedang dia hadapi.
Suatu ketika dipertengahan jalan
menuju rumahnya, pandangannya tertuju kepada seorang perempuan tua
yang berdiri disamping tempat penyembelihan binatang. Perempuan itu
mengumpulkan tulang-tulang yang tercecer di sebelah tempat
penyembelihan. Lelaki itu lalu menhentikan langkahnya dan menemui
perempuan tua itu. Dia bertanya kenapa perempuan itu mengumpulkan
tulang-tulang yang tercecer. Perempuan itu lalu bercerita kepadanya,
bahwa anak-anaknya menjadi yatim sepeninggal suaminya. Keluarga ini
sangat miskin dan tidak punya uang untuk membeli daging. Yang bisa
dilakukan adalah mengumpulkan tulang-tulang yang tercecer untuk dimasak
sebagai ganti dari daging. Lelaki itu sangat tersentuh mendengar
penuturan kondisi yang dihadapi perempuan itu. Dia lalu menyedekahkan
uangnya dalam jumlah lumayan banyak kepada perempuan itu. Selanjutnya
dia memberikan uang kepada tukang sembelih dalam jumlah yang lumayan
banyak lalu memintanya untuk mengirimkan daging kepada perempuan itu
setiap mingggunya. Perempuan itu sangat berterimakasih kepada lelaki
itu. Tidak lupa dia mendoakan lelaki itu lalu permisi dan meninggalkan
tempat.
Beberapa hari kemudian, lelaki
itu pergi ke luar negeri untuk menjalani operasi. Sebelum operasi
dilaksanakan, terlebih dahulu dokter memeriksa lelaki itu kembali.
Hasilnya sangat mencengangkan. Berubahlah raut muka dokter itu, dan
dengan nada marah dia bertanya kepada lelaki itu, “Apakah engkau sudah
pergi ke rumah sakit lainnya untuk menjalani pengobatan atas penyakitmu
itu?"
Lelaki itu menjawab, “Tidak.”
Dokter itu berkata, “Bohong! Jujurlah padaku, apakah engkau sudah pergi ke rumah sakit lainnya atau tidak?”
Lelaki
itu menjawab, “Aku bersumpah, demi Allah aku sama sekali tidak pergi
ke rumah sakit lainnya, Sebenarnya ada apa engakau bertanya seperti
ini?”
Dokter itu lalu menjawab,
“Pemeriksaan dan diagnosa terbaru menunjukkan tubuhmu sama sekali sudah
bersih dari kanker. Keadaanmu sekarang ini sehat-sehat saja.”
Lelaki itu hampir tidak percaya
atas apa yang dikatakan oleh dokter itu. Dia tidak kuasa membendung air
matanya yang meleleh karena bahagia. Dia lalu bertanya kepada dokter
itu apakah benar apa yang barusan dikatakan kepadanya. Dokter itu
menjawab dan bersumpah bahwa apa yang dikatakannya adalah benar.
Setelah menyadari atas apa yang
dialaminya ini, lelaki itu lalu bersyukur memanjatkan puji kepada
Allah. Kemudian dia pulang ke Negara asalnya dalam keadaan sehat wal
afiat. Dia menceritakan kepada anggota keluarganya, dan mereka semua
sangat takjub terhadap peristiwa yang dialami lelaki itu.
Dalam hal ini lelaki itu berkata
"Allah telah menyembuhkan aku berkat doa yang dipanjatkan oleh
perempuan tersebut, karena aku telah bersedekah kepada anak-anak
yatimnya."
Dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk memelihara keluarga miskin sampai waktu yang dikehendaki Allah.
Subhanallah....Sungguh
benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw "Obatilah orang yang
sakit diantara kalian dengan sedekah."
Perempuan Kaya dan Sedekahnya Tukang Becak
Sedekah
yang dilakukan masing-masing orang menarik untuk disimak, kejadian ini
melengkapi cerita sedekah unik yang dilakukan oleh tukang becak......Di
Klaten, Jawa Tengah, ada seorang tukang becak miskin tapi ahli
bersedekah. Meskipun miskin, ia tidak mau kemiskinannya membuatnya
terhalang untuk bersedekah.
Sedekah yang dilakukannya ini tergolong cukup unik, yaitu dengan menggratiskan penumpangnya setiap hari Jum'at.
Pada
suatu hari, datanglah seorang penumpang perempuan menghampiri tukang
becak yang shaleh tersebut. Rupanya penumpang itu datang dari kota yang
sangat jauh. Penumpang tersebut orang kaya kalau diliat dari cara
berpakaian dan asesorisnya. Ia tidak bertanya berapa ongkosnya apalagi
menawar kepadanya. Ia langsung naik saja.
Setelah sampai ditempat tujuan, penumpang itu memberikan uang jasa kepada tukang becak itu, tapi malah ditolaknya secara halus.
"Maaf,
saya telah berjanji pada diri saya jika hari Jum'at saya akan
menggratiskan semua penumpang saya. Saya selalu berusaha memegang kuat
janji itu bu,"
Setelah tukang
becak pergi, penumpang itu diam. Dia kecewa karena uangnya tidak
diterimanya. Perempuan itu malah penasaran," Saya akan buktikan pada
hari Jum'at mendatang, saya penasaran, saya akan naik becaknya lagi.
Apakah pada hari Jum'at besok ia masih tidak mau menerimanya uang jasa
ataukah menerimanya??" demikian kata hati si perempuan tadi.
Setelah naik becaknya lagi pada
hari Jum'at berikutnya, perempuan itu mencoba kembali memberi imbalan
jasa, Tapi si tukang becak tetap tidak mau menerimanya.
Si Perempuan itu disadarkan oleh
perilaku tukang becak dermawan itu. Ia menyadari atas kekeliruan dan
kelalaian dirinya yang selalu egois dan tidak pernah memikirkan orang
lain apalagi melakukan sedekah. Penumpang itu lalu memintanya agar
diantarkan kerumah tukang becak itu. Ia ingin sekali mengenal lebih
jauh mengenai keluarganya.
Setelah sampai dirumah tukang
becak ini, perempuan itu disambut dengan hangat. Rumahnya sangat
sederhana. Istrinya terlihat sangat terampil melayani tamunya. Tanda
keshalehan tampak dari wajahnya, dalam caranya bertutur kata dan
menghormati tamu. Sebelum pulang, si penumpang kaya raya tadi berkata
kepada si tukang becak.
"Kebiasaan sedekah yang telah
dilakukan bapak telah menyadarkan sikap saya selama ini yang sangat
egois. Hidup saya hanya saya habiskan untuk mengais harta tanpa
sedikitpun memikirkan nasib orang lain yang membutuhkan. dan akhirnya,
kini saya sadar tetang arti hidup ini dari mana dan kemana kita akan
menuju."
"Sebagai tanda syukur kepada
Alloh SWT, dan rasa terima kasih saya kepada Bapak, maka ijinkan saya
bapak sekeluarga untuk naik haji bersama saya dan keluarga saya."
Dengan tertegun dan seperti
tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya, si tukang becak tadi
menitikan air mata tanda rasa syukur, rupanya doa-doanya selama ini juga
masih didengar oleh Alloh SWT, doa yang selalu dipanjatkan walaupun
secara nalar tidak bisa seorang seperti dirinya bisa menabung untuk
berhaji,, "butuh berapa lama saya dapat mempunyai uang untuk dapat ke
tanah suci???, untuk makan sehari-hari saja saya masih sulit..??". Tapi
doa seorang hamba sahaja ini rupanya sama dengan doa orang lain, entah
kaya raya atapun pengusaha. Manusia didepan Alloh sama tidak ada
bedanya, hanya manusia itu sendiri yang mengelompokan-ngelompokan.
"Terima kasih ya Alloh,, Engkau tidak pernah
tidur."Subhanalloh.....Sedekah sederhana seorang tukang becak yang
hatinya bersih......
Tuesday, December 28, 2010
Ada Fakta Menarik Mengenai Otak Ketika Bersedekah
Menurut sebuah penelitian di Amerika Serikat tanpa pandang agama yaitu ketika semua responden diberi sejumlah uang lalu dicatat aktifitas otak ketika senang menerima uang. Siapa sih yang tidak senang diberi uang?
Para ahli mencatat ada bagian tertentu pada otak yang “menyala” ketika senang menerima uang.
Setelah
itu ditanya: uangnya mau dipakai sendiri atau mau didonasikan secara
anonim? Responden bebas memilih. Responden yang jawab pakai sendiri
uangnya, tidak terjadi apa-apa di otaknya. Tapi hal menakjubkan terjadi
pada mereka yang menjawab akan mendonasikan uangnya.
Mereka
yang jawab akan mendonasikan uangnya, otaknya kembali “menyala”. Persis
di tempat yg sama dengan pada saat mereka senang terima uang.
Kesimpulannya: Sedekah dengan ikhlas memberikan rasa SENANG yg sama dengan ketika menerima uang.
Bisa disimpulkan juga, kesenangan untuk bersedekah (filantropi) berlaku universal.
Jadi
jika pada saat tanggal tua seperti sekarang merasa “tidak bahagia”
karena kurang/tidak punya uang, BERSEDEKAHLAH. Maka kita akan merasa
tanggal muda lagi.
Lalu kata ustadz sedekah bikin kaya, apakah benar? Nah, penelitian neuroecenomics berikutnya menjawab pertanyaan tersebut :
Beberapa
penelitian lain meneliti hubungan SENANG dgn KAYA. Ribuan mahasiswa
baru ditanya apakah mereka termasuk orang yang bahagia atau tidak
bahagia. 15-20 thn kemudian, setelah mahasiswa itu lulus & mulai
mapan, ditanya kembali berapa penghasilan mereka sekarang. Ternyata,
responden yang dulunya MERASA BAHAGIA kini berpenghasilan rata-rata 31%
lebih tinggi daripada yang dulunya MERASA TDK BAHAGIA. 300 karyawan di 3
perusahaan berbeda di Amerika disurvey tentang level bahagia mereka
lalu diranking & dicatat penghasilannya masing-masing. 18 bulan
kemudian ditanya lagi berapa gajinya.
Ternyata,
semakin MERASA BAHAGIA, semakin tinggi juga kenaikan penghasilan
mereka. Penelitian lain membuktikan, perusahaan dengan CEO yang periang
memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada CEO yang pemurung.
Terbukti secara ilmiah: SEDEKAH –> BAHAGIA–> KAYA
Maka
pesan moralnya adalah : jika kita sulit MERASA bahagia, bahagiakanlah
orang lain (sedekah), insya Allah kita akan merasakan bahagia.
Kalau
Anda mengejar harta agar bisa bahagia, bersiaplah untuk kecewa. Kalau
Anda merasa bahagia dengan apa yang ada, bersiaplah untuk kaya.
Kekuatan Sedekah Yusuf Mansur
Di
mata orang biasa, sedekah hanya “layak” dikeluarkan jika isi dompet
sedang tebal atau sebatas uang recehan. Kalau otak lagi mumet mikirin
utang, “Jangankan sedekah, makan aja susah,” protes mereka seirama.
Makanya, aneh bin ajaib, ketika Yusuf Mansur - ustad muda yang
akhir-akhir ini rajin muncul di layar gelas – menganjurkan lebih banyak
sedekah justru di saat hidup sedang susah.
Yusuf
Mansur duduk bersila di kerumunan ratusan karyawan sebuah perusahaan.
"Ustad, kali ini saya ingin tema tausiyahnya tidak tentang sedekah,"
pinta seorang panitia, yang juga salah satu petinggi perusahaan.
Rupanya, panitia itu hendak berempati kepada karyawannya. Seperti negeri
ini yang sering dirundung duka, perusahaannya juga sedang "KD" (kurang
darah). Menurut si panitia, khalayak yang hadir sebagian besar buruh,
seharusnya diberi sedekah, bukan dianjurkan bersedekah.
Yusuf
Mansur - pemilik pondok pesantren Daarul Qur’an, Ciledug, Tangerang –
keruan berang. Sedekah kok diidentikkan dengan status sosial ekonomi.
Orang miskin yang ingin kaya juga harus sedekah. “Guru ngaji saya
bilang, kalau habis gajian bersedekah, atau orang yang bisnisnya gol
bersedekah, itu sih biasa. Tapi sedekah sebelum gajian, saat punya
sedikit duit, atau sebelum memulai usaha, itu baru istimewa,” sang ustad
meradang.
Ia
menambahkan, materi yang bisa disedekahkan tidak harus berwujud uang.
"Bisa pakaian, makanan. Atau kalau di rumah ada teve berukuran 29 inci,
‘kan masih bisa 'dikecilin' jadi 14 inci?" sambung pria kelahiran
Jakarta, 19 Desember 1976 ini. Jadi, tidak ada yang tidak dapat
disedekahkan oleh orang termiskin di dunia sekalipun, sepanjang niat
bersedekah itu ada.
Belajar dari semut
Mengikuti
jejak K.H. Zainuddin MZ yang tenar sebagai da’i sejuta umat, Aa Gym
da’i “sejuta hati”, atau ustad Arifin Ilham yang identik dengan majelis
zikir, nama Yusuf Mansur belakangan beken sebagai da’i penganjur
sedekah. Dalam setiap tausiyahnya, penulis 30-an buku ini selalu
mendengungkan kekuatan sedekah.
Tema
sedekah - dihubungkan dengan pemberdayaan ekonomi umat - tampak mulai
mendapat tempat di hati masyarakat. Penceramah jebolan IAIN Syarif
Hidayatullah, Ciputat ("Ane enggak punya ijazah, brenti waktu nyusun
skripsi," katanya buka kartu dalam logat Betawi kental) ini pun laris
bak kacang goreng. "Bulan ini (Agustus 2006 - Red.), enggak ada hari
tanpa tausiyah. Satu hari bisa lima sampai enam tempat," aku seorang
stafnya.
Yusuf
kian identik dengan sedekah, setelah bareng rumah produksi Sinemart
menggagas sinetron Maha Kasih. Sinetron yang ditayangkan sebuah stasiun
teve swasta itu diangkat berdasarkan kisah nyata dan sarat pesan hikmah
sedekah. Yusuf juga pernah menjadi Duta Dompet Dhuafa dan Duta Bank
Muamalat. Tahun 1999 - 2000, Yusuf bahkan aktif di Majelis Syifa, yang
mempraktikkan terapi sedekah untuk penyembuhan penyakit fisik.
Ceramah
Yusuf terasa hidup, karena bapak dari dua orang anak ini selalu
menyelipkan kisah nyata. Sekali waktu, ia berkisah tentang seorang buruh
yang bersedekah Rp 5.000,- di sebuah acara tausiyah. Eh, begitu sampai
di rumah, ada orang kaya numpang buang hajat di kamar mandinya. Setelah
berhajat, musafir tadi menyerahkan Rp 50 ribu buat "jajan" anak si
empunya rumah. "Pak ustad, sedekah saya dibalas 10 kali lipat hari itu
juga," tutur sang buruh berkaca-kaca.
Yusuf
juga fasih bertutur tentang kesaksian seorang office boy yang menyetor
seluruh gaji pertamanya untuk ibunda tercinta. Esoknya, ia diganjar
balasan setimpal, tak lebih tak kurang, Rp 600.000,-. Duit pengganti
gaji itu didapatnya sebagai komisi jerih payah membantu menjualkan motor
seorang teman. Setelah itu, selalu saja ada rezeki yang masuk ke
kantung si office boy. Total jenderal di akhir bulan istimewa itu, ia
"gajian" sampai Rp 5 juta - Rp 6 juta.
Kesaksian
orang-orang yang pernah terbantu oleh sedekah itu ikut membentuk
keyakinan Yusuf, bahwa kekuatan sedekah tidak main-main. Apalagi ia juga
punya setori sendiri. Akhir 1990-an, selama beberapa bulan, Yusuf
sempat merasakan pahitnya tinggal di rumah tahanan. Ia terbelit utang.
"Pinjaman usaha yang mulanya sedikit, karena kebodohan saya, berbunga
dan membengkak jadi lebih dari satu miliar. Orang Betawi bilang, bukan
lagi gali lubang tutup lubang, tapi gali lubang tutup empang," ujar
pemilik blog beradres wisatahati.multiply.com ini menerawang.
Saat
dibekap kesulitan itulah, ia mengalami dua pengalaman luar biasa. "Di
tahanan suatu kali saya merasa sangat lapar. Enggak ada makanan. Yang
ada cuma sedikit sisa roti, saya simpan di bawah bantal. Tapi begitu
roti mau saya makan, tampak semut berbaris di tembok sampai lantai. Saya
merasakan itu sebagai pertanda alam, lalu teringat hadis, yang artinya
kira-kira, Allah akan membantu hambanya, selama hamba itu mau membantu
yang lain."
Tanpa
pikir panjang, Yusuf menyerahkan sejumput roti itu pada gerombolan
semut. Entah mengapa, ia begitu ingin bersedekah saat itu. "Lima menit
kemudian, seorang sipir datang bertanya, ‘Suf, udah makan apa belum?’
Setengah percaya, saya menggelengkan kepala. Alhamdulillah, dalam hati
saya tak putus-putusnya mengucap syukur," imbuh Yusuf.
Cuma laku lima
Pengalaman
kedua, ketika baru keluar tahanan, sekitar tahun 1999. Untuk menyambung
hidup, Yusuf terpaksa harus jualan es di terminal Kalideres, Jakarta
Barat. Dengan modal Rp 20.000,-, ia mencoba membangun kehidupan baru.
Setelah dipotong ongkos, sisa duit Rp 14.000,- digunakan untuk membuat
70 kantung es, yang dijajakan Rp 500,- per buah. "Bukan main, hari
pertama, cuma laku lima," Yusuf tertawa lirih.
Ia betul-betul harus menekan ego dan kesombongan. Bayangkan,
dari
pengusaha yang memodali orang puluhan juta rupiah, "turun pangkat" jadi
penjual es lima ratusan perak. "Saya menganggap semua itu sebagai
penebusan dosa. Saya percaya, kesulitan hidup merupakan tebusan dosa
yang pernah kita perbuat. Menikmati penderitaan itu ada ilmu dan
seninya. Banyak manusia yang diberi kesusahan, karena ketika diberi
kesenangan, enggak ingat sama Tuhan," pria berkacamata ini menambahkan.
Pelan
tapi pasti, dengan "ilmu sedekah" yang didapatnya, hidup Yusuf
bertambah baik. Sebelumnya, ia mengaku belajar ilmu sedekah sama seperti
belajar ilmu-ilmu lain, sepintas saja. Tapi di masa sulit itu, ia
belajar hal baru, yakni bersedekah jangan menunggu tabungan cukup,
bisnis gol, atau gaji bersisa. Sedekah seperti lazimnya kecil, tipis,
sehingga tidak "bertenaga".
"Pengalaman
saya tadi, buat orang lain mungkin biasa. Tapi buat saya, luar biasa,
karena saya telah membuktikan sendiri kekuatan sedekah."
Berhasil
pada diri sendiri, dengan keyakinan penuh, Yusuf mulai berdakwah
tentang sedekah. Dia bertekad menyebarluaskan the power of sedekah untuk
memberdayakan ekonomi umat. Awalnya, tentu saja enggak laku. Tapi makin
lama, makin banyak orang melihat, Yusuf ternyata tak hanya pandai
berteori. Buktinya, ia berhasil membangun sekolah tinggi ilmu komputer
Cipta Karya Informatika di bilangan Jakarta Timur, yang sudah beroperasi
empat tahun.
Undangan
tausiyah pun menumpuk. Kali ini tak hanya dari individu dan masyarakat.
Yusuf pun mulai dilirik korporat untuk memberi motivasi, pencerahan,
mengadakan spiritual gathering, dan financial healing. Dialah yang
memperkenalkan sedekah secara korporat. Misalnya, dalam setahun sebuah
perusahaan menghasilkan laba bersih sekian miliar. Nah, dari jumlah
sekian miliar itu 10%-nya bisa disedekahkan.
"Sedekah
yang dilakukan 'di muka', menurut Yusuf, akan menjadi bill of
insurance, tagihan yang sudah diasuransikan duluan, untuk menjamin
berhasilnya tujuan perusahaan. Di sini saya banyak ditentang, dibilang
terlalu pamrih pada Tuhan. Tapi masa bodoh, yang enggak yakin atau
enggak mau ikut enggak apa-apa. Saya juga enggak ambil sedekahnya kok.
Korporat itu bebas sedekah ke mana saja. Yang penting bersedekah," cetus
da'i yang tausiahnya sudah merambah sampai ke Singapura ini.
Yusuf
berharap, jika kebiasaan bersedekah kian marak di kalangan masyarakat
dan korporat, bangsa ini akan ikut diuntungkan. Karena kepedulian pada
nasib sesama jadi lebih besar. "Dalam peningkatan ekonomi, yang penting
aplikasinya. Financial freedom tidak bisa didapat tanpa spiritual
freedom, begitu juga sebaliknya," tandas ustad yang mengaku tak pernah
menyediakan waktu khusus untuk menjaga kebugaran ini.
Buang jauh logika
Untuk
mereka yang ingin meningkatkan taraf kehidupan (secara materi), bilang
Yusuf, obat yang paling manjur yaitu bersedekah materi. "Kalau kita
bersedekah bukan materi (dengan doa, membantu dengan tenaga, dan
sejenisnya), dapatnya juga non-materi, semisal kesehatan, kegembiraan.
Tapi itu 'kan tidak langsung mengubah eksternal seseorang, seperti
pendapatan," imbuh sang ustad.
Namun,
ia cepat menambahkan, hak Yang Di Atas untuk mengganjar sedekah
seseorang dengan apa pun. Karena pada dasarnya, selain mendatangkan
materi, sedekah juga memberi jalan menuju sukses (lewat kemudahan
membangun dan mengembangkan usaha), mendatangkan kesehatan, menolak
bala, mendatangkan ampunan dan pertolongan-Nya.
Sebenarnya,
aku Yusuf, manusia tidak boleh terus-menerus bermain sedekah di tataran
keinginan atau masalah. Kelak harus jadi hamba-Nya yang lebih cerdas,
naik pangkat ke tahap cinta Allah, atau mahabbah. Tapi sebagai pintu
pertama, mengharap sesuatu dari sedekah enggak masalah. "Toh tidak
diharamkan, asal jangan berhenti sampai di situ. Begitu keinginan
terjawab, lalu lupa daratan," jelas pria yang menargetkan berdirinya
Sekolah Islam Internasional gratis tahun 2008 nanti.
Terakhir
dan paling penting, Yusuf mewanti-wanti, "Sedekah itu jangan dipikirin,
karena enggak akan nyambung dengan otak. Secara logika, makin banyak
sedekah ‘kan makin ngurangin harta. Jadi, buang jauh logika ketika
ngomongin sedekah!" Yusuf mengilustrasikan, seorang karyawan yang "pakai
otak", sudah dapat ditebak berapa total gajinya saat pensiun. Tapi
kalau dia rajin bersedekah sampai mentok (baca boks "Matematika Sampai
Mentok"), bisa saja dia pensiun sebagai direktur!
Makanya, jangan takut bersedekah sebelum gajian.
Boks:
Matematika Sampai Mentok
Agar
keinginan mendapat balasan (materi) tercapai, sedekah mestinya
dilakukan tanpa berpikir untung-rugi. "Jangan hitung-hitungan di depan
Allah. Istilah saya, sedekah itu harus sampai mentok," Yusuf mengepalkan
tangan kanan dan memukulkannya ke telapak tangan kiri. Tapi buat mereka
yang masih suka bermatematika ria, Yusuf tak segan-segan menunjukkan
rumus "sedekah mentok"-nya.
Misalkan,
gaji Anda hanya Rp 1 juta, sedangkan kebutuhan mencapai Rp 3 juta,
bagaimana cara menutupnya dengan sedekah? Taruhlah setelah mendapat
pencerahan, Anda berniat sedekah sesuai anjuran agama, sekitar 2,5 %
dari penghasilan. Berarti sedekah Anda 2,5% x Rp 1 juta = Rp 25.000,-.
Secara fisik, uang Anda berkurang (Rp 1 juta – Rp 25.000,-) menjadi Rp
975.000,-, namun secara metafisik uang Anda sebenarnya Rp 975.000,- + Rp
250.000,- (Allah menjanjikan balasan untuk setiap sedekah minimal
dikalikan 10) = Rp 1,25 juta. Jauh di bawah kebutuhan, 'kan?
Bagaimana
jika sedekah dinaikkan jadi 10%? Hitung sendiri detailnya, tapi
paling-paling Anda hanya mendapat Rp 1,9 juta. Tetap jauh panggang dari
api. Nah, agar sedekah itu mentok, titik tolaknya bukan dari pendapatan,
tapi dari kebutuhan. Jadi, jika Anda bersedekah 10% (10% x Rp 3 juta =
Rp 300.000,-), "balasannya" kira-kira Rp 700.000,- (sisa gaji) + Rp 3
juta (sedekah dikalikan 10) = Rp 3,7 juta. Sudah melewati target? Pasti.
Namun,
Yusuf juga mengingatkan, sedekah itu harus dijaga, jangan sampai
"bocor". Cara menjaganya dengan rajin salat lima waktu, puasa sunat,
salat berjamaah, salat malam, dan amalan-amalan sunat lainnya.
Sebaliknya, jika seseorang belum bisa menghentikan kebiasaan bergunjing,
berjudi, dan kebiasaan buruk lain yang dilarang agama, alih-alih
mendapat balasan 10 atau 100 kali lipat, nilai sedekah malah bisa minus.
"Jangan
anggap spiritual value itu enggak ada nilai ekonomisnya,” bilang Yusuf,
mengingatkan kembali, sehebat-hebatnya matematika manusia, masih lebih
hebat matematika spiritualnya Dia yang di atas sana.
(Ditulis oleh Muhammad Sulhi/pernah dimuat di Majalah Intisari, Oktober 2006, Hak Cipta dilindungi Undang-undang)
Yusuf Mansyur, Lahir dari Kekuatan Sedekah
Zakat
akan menemukan kekuatannya jika dikelola oleh lembaga yang amanah,
transparan, dan profesional. Saya melihat Dompet Dhuafa sudah memenuhi
kriteria itu”,
Yusuf
Mansyur. Dai muda yang sedang naik daun. Sedekah menjadi icon pim-pinan
Pondok Pesantren Daarul Qur’an Wisata Hati, Cipondoh, Tangerang ini.
Suatu ketika ia diundang ceramah di Banjarmasin. Panitia menitipkan
sebuah pesan yang membuatnya kaget. Yusuf Mansyur diminta tidak
membawakan tema sedekah. Apa sebab? Jika Dai mungil ini sudah bicara
sedekah, nyaris tak ada yang dapat menghindar untuk tidak
menggelontorkan uang.
Di
benak normal panitia, jamaah yang nanti hadir pada ceramah sang ustad
mayoritas kalangan menengah ke bawah. Sebagian besar petani miskin. Jika
mereka sampai mengeluarkan uang berarti kasihan karena hidup mereka
juga sulit. Yusuf Mansyur lantas menjawab, “Masya Allah, ente mengundang
ane jauh-jauh dari Jakarta dengan keyakinan dan pe-ngetahuan ane Insya
Allah tidak lain dari sedekah. Tapi jika ane ceramah tentang tema lain
lebih baik ane mundur.”
Dalam
memandang rezeki dan sedekah, Yusuf Mansyur punya rumus sendiri.
Menurutnya 10-1 = 9, 1-1 =0, itu hasil kebanyakan manusia. Jika hasilnya
demikian, susah bagi masyarakat untuk mengeluarkan duit. Habis
pikirannya selalu berkurang. Padahal Allah sesunguhnya mengatakan 10-1 =
19 bisa jadi 7009, karena kita punya sepuluh yang satu kita kasih sama
orang, Allah ganti satu dengan sepuluh kelipatan, sehingga mengundang
datangnya rezeki.
Ramadhan
tahun lalu, ia menjadi icon zakat Dompet Dhuafa Republika (kini BAZNAS
DOMPET DHUAFA). Seiring hari, Ramadhan tahun ini Yusuf Mansyur melejit
di berbagai event dan acara. Mulai pengajian biasa hingga ceramah di
stasiun televisi. Melalui tema “Keajaiban Sedekah” BAZNAS DOMPET DHUAFA
menggandengnya dengan road show ke kota-kota besar di Indonesia.
Tujuannya agar dai muda ini menebarkan nilai-nilai kepedulian pada
masyarakat melalui sedekah.
Kedekatannya
dengan BAZNAS DOMPET DHUAFA ini pula yang memperkenalkan Yusuf Mansyur
lebih jauh mengenal program pendayagunaan zakat. Maka ia melihat zakat,
infak, dan sedekah menjadi pilar kokoh dalam menegakkan keadilan sosial.
“Zakat akan menemukan kekuatannya jika dikelola oleh lembaga yang
amanah, transparan, dan profesional. Saya melihat Dompet Dhuafa sudah
memenuhi kriteria itu”, tandasnya.
Tak
lupa ia menanggapi adanya sinergi BAZNAS DOMPET DHUAFA. Baginya, untuk
masa depan zakat nasional sinergi antar lembaga sudah menjadi keharusan.
Jika tidak ada yang berani memulai, zakat selamanya tidak akan ada yang
memperhatikan. “Pokoknya
BAZNAS DOMPET DHUAFA top dah”, katanya dengan logat Betawinya yang medok. arsa
Keutamaan Sedekah
Sedekah
bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan
dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa
mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah
sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.
Sebagaimana
kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul
dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup
dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik
terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam
lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun
banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan
kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan
menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini
semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang
lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.
Kita
memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi
pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang
lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika
ingin diperhatikan.
Insya
Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala
apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat,
Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya
mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan
sahabat Saudara.
Barangkali
ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara
akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari,
yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan
singkatnya.
Di
pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri
saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan
fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada
Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk
memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam
bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu
dimotivasi untuk melakukan sebuah amal. Kepada Allah juga semuanya
berpulang.
Akhirnya,
mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu
ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat
“mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri
kepada Allah.
Matematika Dasar Sedekah
Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?
10 – 1 = 19
Pertambahan ya? Bukan pengurangan?
Kenapa matematikanya begitu?
Matematika pengurangan darimana?
Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1 = 9?
Inilah
kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang
kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi.
Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari QS.
6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau
berbuat baik.
Jadi,
ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh
itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang satu yang
kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.
Hasil
akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah, tentu akan
lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah juga
menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar sepuluh kali
lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.
Tinggallah
kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya
apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzanan, atau positif
thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas
buat kita.
Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak
Kita
sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kita bersedekah
Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat (walaupun ada
di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2x lipat). Atas dasar ini
pula, kita coba bermain-main dengan matematika sedekah yang
mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita bersedekah, ternyata betul Allah
akan semakin banyak juga memberikan gantinya, memberikan pengambalian
dari-Nya.
Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini:
Pada pembahasan yang lalu, kita belajar:
10 – 1 = 19
Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:
10 – 2= 28
10 – 3= 37
10 – 4= 46
10 – 5= 55
10 – 6= 64
10 – 7= 73
10 – 8= 82
10 – 9= 91
10 – 10= 100
Menarik
bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin banyak. Sekali
lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyak penggantian dari Allah.
Mudah-mudahan
Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah, meringankan langkah
untuk bersedekah, dan membuat balasan Allah tidak terhalang sebab dosa
dan kesalahan kita.
Sedekah
bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan
dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa
mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah
sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.
Sebagaimana
kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul
dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup
dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik
terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam
lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun
banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan
kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan
menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini
semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang
lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.
Kita
memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi
pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang
lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika
ingin diperhatikan.
Insya
Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala
apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat,
Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya
mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan
sahabat Saudara.
Barangkali
ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara
akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari,
yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan
singkatnya.
Di
pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri
saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan
fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada
Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk
memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam
bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu
dimotivasi untuk melakukan sebuah amal.
Kepada Allah juga semuanya berpulang.
Akhirnya,
mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu
ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat
“mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri
kepada Allah.
2.5 % Tidaklah Cukup
Saudaraku,
barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga
hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Kita
akan coba ilustrasikan, dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa
sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh yang signifikan.
Contoh
berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji 1jt. Dia
punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari
penghasilan yang 1jt itu. Maka kita dapat perhitungannya sebagai
berikut:
Sedekah: Sebesar 2,5%
2,5% dari 1.000.000 = 25.000
Maka, tercatat di atas kertas:
1.000.000 – 25.000 = 975.000
Tapi
kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan
lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau
sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa
yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
975.000 + 250.000 = 1.225.000
Lihat,
“hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, “hanya” jadi Rp.
1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar Rp. 2jt. Boleh
dibilang secara bercanda, bahwa jika dia sedekahnya “hanya” 2,5%, dia
masih akan keringetan untuk mencari sisa 775.000 untuk menutupi
kebutuhannya.
Coba Jajal Sedekah 10 %
Saudara
sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika diterapkan
dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt dan pengeluarannya
2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb, yang merupakan
perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh.
Sehingga “skor” akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp. 1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.
Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.
Sedekah: Sebesar 10%
10% dari 1.000.000 = 100.000
Maka, tercatat di atas kertas:
1.000.000 – 100.000 = 900.000
Kita
lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan kita
bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah hasil
akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan
sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000.
Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak
terduga) sebesar:
900.000 + 1.000.000 = 1.900.000
Dengan
perhitungan ini, dia “berhasil” mengubah penghasilannya, menjadi
mendekati angka pengeluaran yang 2jt nya. Dia cukup butuh 100rb tambahan
lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan.
2.5 % Itu Cukup, Kalau …
Setiap
perbuatan, pasti ada balasannya. Dan satu hal yang saya kagumi dari
matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyatab selalu punya
keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas pelan-pelan sisi
ini,
sampe kepada pemahaman yang mengagumkan tentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk.
Kita
sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Mestinya,
begitu saya ajukan dalam tulisan terdahulu, sedekah kita, haruslah
minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan-kebutuhan
kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punya kebutuhan, akan
tercukupi.
Dari
ilustrasi di dua tulisan terdahulu, saya memaparkan bahwa ketika
seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt, maka
“pertambahannya” menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp. 975.000,
sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah dengan
pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya. Bila sedekah
2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punya pengeluaran 2jt, maka
kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuh Rp. 775.000,-. Maka kemudian
saya mengajukan agar kita bersedekah jangan 2,5%, tapi lebihkan.
Misalnya 10%.
Saudaraku,
ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa katanya, sedekah
kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan
kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat,
kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain sedekah. Misalnya, bagus
dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat
dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah ba’diyah, hajat,
dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan
keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Terus,
kita punya maksiat sedikit, keburukan sedikit. Bila ini yang terjadi,
maka insya Allah, cukuplah kita akan segala hajat kita. Allah akan
menambah poin demi poin dari apa yang kita lakukan.
Hanya
sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal, dan banyak
maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skor akhir yang
sebenernya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu, malah harus
melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri. Perbuatan buruk
kita, memakan perbuatan baik kita.
Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita.
Sumber : Ust. Yusuf Mansyur
Langganan:
Postingan (Atom)