![]() |
INILAH PEMIMPIN |
No one is perfect. Tidak ada seorangpun yang sempurna. Demikian juga tidak ada seorang pemimpin pun yang sempurna yang tidak pernah melakukan kesalahan. Bahkan pemimpin sekaliber Jack Welch sekalipun pernah berbuat salah.
Memang berbuat salah adalah hal yang manusiawi. Orang Inggris berkata : ”To err is human.” Namun demikian, bukan berarti kita tidak bisa mencegah kesalahan yang mungkin akan kita lakukan. Nah, dalam perspektif kepemimpinan, paling tidak ada 7 hal yang sebaiknya (atau seharusnya) dihindari oleh seorang pemimpin!
Apa saja ke 7 hal itu ? Mari kita lihat daftarnya.
1.Arogansi
Keberhasilan awal yang dicapai seorang pemimpin bisa melambungkan ego si pemimpin sedemikian tinggi sehingga ia jadi lupa daratan! Ego yang “mengembang” ini akhirnya menjadi benih kesombongan. Hal ini terjadi ketika si pemimpin kemudian merasa diri lebih tinggi. Lebih hebat dan lebih berkuasa dari orang lain. Ia mulai dihinggapi apa yang saya sebut sebagai “invincible and infallible syndrome” (sindrom merasa diri tak terkalahkan dan tak pernah salah). Kalau sudah begini, kejatuhan tinggal menunggu waktu saja. Sebagaimana dikatakan oleh amsal kuno yang berbunyi :” “Pride goes before destruction,”( kesombongan mendahului kejatuhan)!
2.Mendengarkan nasehat buruk
Seorang pemimpin perlu mendengar nasehat dari orang lain. Di dunia ada ada 2 jenis penasehat.
Pertama, penasehat yang bijak. Penasehat jenis ini akan memberi nasehat yang amat berguna bagi si pemimpin. Nasehat dari orang yang bijak akan membuat si pemimpin tetap berada “on the track” dalam kepemimpinannya. Ia tidak akan menyimpang ke kiri atau ke kanan, kalau mendengarkan nasehat dari para bijak bestari.Dalam kisah pewayangan, nasehat Sri Kresna kepada Pandawa bisa dikategorikan dalam nasehat bijak ini.
Kedua, kebalikan dari yang pertama, adalah para penasehat yang buruk. Penasehat jenis ini sering akan mejerumuskan sang pemimpin dalam kesulitan besar. Dalam cerita pewayangan misalnya, nasehat patih Sangkuni kepada raja Duryudono sering malah membuat Negara Hastinapura “terjebak” dalam masalah pelik.
Nah, tantangan seorang opemimpin dalam hal ini adalah : mampu memilah mana nasehat yang bijak dan mana nasehat yang buruk! Sebab salah mengikuti nasehat akan berpengaruh buruk bagi kepemimpinannya!
3.Kurangnya Integritas
Yang dimaksud integritas adalah satunya kata dan perbuatan! Integritas adalah magnet paling kuat yang menyebabkan orang-orang mau berada dalam kepemimpinan seorang pemimpin. Seorang pemimpin boleh kurang dalam beberapa kompetensi seperti : kurang bisa pidato, kurang bisa bergaul, kurang bisa memotivasi,dan sebagainya. Semua kekurangan itu memang memiliki dampak dalam keefektifan seseorang dalam memimpn, namun dampaknya tidak akan seburuk kalau si pemimpin kurang memiliki integritas. Ada pepatah tua yang selalu harus didengar oleh seorang pemimpin kalau ia tidak mau kehilangan loyalitas pengikutnya. Pepatah itu berbunyi :” sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya!
Integritas seorang pemimpin berbanding lurus dengan loyalitas para bawahannya!
4.Berusaha melakukan semua hal
Ketika seorang pemimpin bersaha melakukan semua hal seorang diri, sudah pasti dia kan gagal menjadi pemimpin. Seorang pemimpin harus “berani” medelagasikan, hal-hal kecil dan sepele kepada orang lain. Bahkan kalau pengikutnya sudah cukup mampu, hal-hal yang cukup besar pun harus berani didelegasikan!
Seorang pemimpin seharusnya hanya focus pada hal-hal yang paling penting saja. Seperti : mengarahkan visi atau memastikan bahwa semua hal bergerak bersama menuju visi yang telah disepakati bersama!
5.Menghindar
Ketika seorang pemimpin menolak atau menghindar melakukan sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya, maka bisa dipastikan, cepat atau lambat ia akan kehilangan resspek dari mereka yang dipimpinnya. Oleh sebab itu seorng pemimpin harus memastikan bahwa ia bersedia melakukan apa yang seharusnya dilakukannya seperti : memutuskan sesuatu ; bertangung jawab atas kegagalan timnya atau bersedia membayar kerugian karena kesalahan dari apa yang diputuskannya!
6.Tidak mampu membangun nilai yang kuat
Dalam buku “Tribal Leadership” dikatakan bahwa nilai adalah sesuatu dimana sebuah organisasi berdiri di atasnya. Atau dengan kata lain , nilai adalah apa yang dihargai dan dijunjung tinggi dalam organisasi. Misalnya, sebuah organisasi pemuda, umumnya akan menjunjung tinggi nilai solidaritas atau kesetiakawanan. Sementara itu organisasi keagamaan pasti menjunjung tinggi nilai-nilai seperti kesucian atau kemurnian hidup.
Nah, seorang pemimpin yang gagal membangun nilai yang kuat bagi organisasi yang dipimpinnya, maka organisasi itu tidak akan berjalan dengan baik. Komitmen akan rendah dan tidak ada tolok ukur untuk menilai etika yang diberlakukan dalam organisasi itu.
7.Percaya buta
Seorang pemimpin yang baik tidak boleh percaya buta pada orang lain yang belum dia ketahui benar integritas dan kompetensinya. Supervisi tetap diperlukan. Sebenarnya dengan disupervisi seseorang juga merasa dihargai. Ia merasa bahwa atasannya memberi perhatian atas apa yang dilakukannya. Yang lebih baik lagi kalau supervisi dilakukan sekaligus dengan proses mentoring.Dengan demikian bawahan si pemimpin bukan hanya merasa diperhatian, tetapi juga didorong untuk bertumbuh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar